Saat ini Rumaysho.Com akan melanjutkan kembali tentang sifat
shalat nabi. Yang kita bahas kali ini adalah mengenai membaca doa istiftah dan
ta’awudz.
8- Membaca doa istiftah.
Di antara doa istiftah yang bisa dibaca adalah,
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ
وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ
“Subhaanakallahumma wa bi hamdika wa
tabaarokasmuka wa ta’ala jadduka wa laa ilaha ghoiruk (artinya: Maha suci
Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan
kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain
Engkau.” (HR. Muslim no. 399, Abu Daud no. 775, Tirmidzi no. 242, Ibnu Majah
no. 804).
Ibnu Taimiyah menyatakan, “Disunnahkan membaca doa istiftah
tersebut dalam shalat wajib. Sedangkan doa istiftah yang lain dianjurkan oleh
sebagian ulama untuk dibaca pada shalat nafilah (shalat sunnah).” (Kitab
Shifatish Shalah min Syarhil ‘Umdah karya Ibnu Taimiyah, hal. 86).
Doa istiftah lain yang bisa diamalkan,
اللَّهُمَّ
بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ
كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا
يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ
اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ
وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
“Allahumma baa’id baynii wa bayna khothoyaaya kamaa baa’adta
baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khothoyaaya kamaa yunaqqots
tsaubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silnii min khothoyaaya bil maa-i wats
tsalji wal barod (artinya: Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan
kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya
Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih
dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan
air, salju dan embun).” (HR. Bukhari no. 744, Muslim no. 598, An Nasai no. 896,
lafaznya adalah dari An Nasai)
Ibnu Taimiyah berkata, “Jika ada yang lupa membaca doa
istiftah pada tempatnya, maka ia tidak perlu mengganti di rakaat kedua.” (Kitab
Shifatish Shalah, hal. 97).
9- Membaca ta’awudz.
Bacaan ta’awudz yang bisa dibaca,
أَعُوذُ
بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
“A’udzu billahis samii’il ‘aliim,
minasy syaithoonir rojiim min hamzihi wa nafkhihi wa naftsih (artinya: aku
berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan
syaitan yang terkutuk, dari kegilaannya, kesombongannya, dan nyanyiannya yang
tercela).” (HR. Abu Daud no. 775 dan Tirmidzi no. 242. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan sanad hadits ini hasan. Pengertian “min hamzihi wa nafkhihi wa
naftsih“, lihat Kitab Shifatish Shalah min Syarhil ‘Umdah, hal. 104).
Bisa pula mencukupkan ta’awudz dengan membaca,
أَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“A’udzu billahi minasy syaithooni
minasy syaithonir rojiim (artinya: aku berlindung kepada Allah dari setan yang
terkutuk).” Hal ini berdasarkan keumuman ayat yang memerintahkan membaca
ta’awudz baik di dalam maupun di luar shalat ketika memulai membaca Al Qur’an,
فَإِذَا
قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila kamu membaca Al Quran
hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”
(QS. An Nahl: 98). (Lihat Kitab Shifatish Shalah, hal. 101).
Ta’awudz dibaca pada raka’at pertama sebelum memulai membaca
surat setelah membaca doa istiftah. Ibnu Taimiyah berkata, “Jika seseorang
meninggalkan membaca ta’awudz di rakaat pertama, maka hendaklah ia membacanya di raka’at kedua.”
(Kitab Shifatish Shalah, hal. 97).
Semoga bermanfaat bagi pengunjung setia Rumaysho.Com
Referensi:
Manhajus Salikin wa Tawdhihil Fiqhi fid Diin, Syaikh
‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat,
tahun 1431 H.
Ibhajul Mu’minin bi Syarh Manhajis Salikin, Syaikh ‘Abdullah
bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah Al Jibrin, terbitan Madarul Wathon, cetakan
keempat, tahun 1432 H.
Kitab Shifatish Shalah min Syarhil ‘Umdah, Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah, terbitan Darul ‘Ashimah, cetakan pertama, tahun 1429 H.
—
0 komentar:
Posting Komentar